PSIKOANALISIS KAREN HORNEY


GAMBARAN UMUM TEORI PSIKOANALISIS SOSIAL

            Teori psikoanalisis sosial dari karen horney dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkna rasa permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan, sebagai akibatnya, megalami kecemasan dasar (basic anxiety). Horney mengatakan bahwa seseorang melawan kecemasan dasar dengan melakukan salah satu dari tiga cara pokok dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu (1). Mendekati orang lain, (2). Melawan orang lain, (3). Menjauhi orang lain. Individu normal mungkin menggunakan cara manapun dari ketiga cara tersebut, tetapi orang-orang neurotik terdorong untuk menggunakan hanya satu cara.
            Tingkah laku kompulsif mereka dapat berkembang menjadi sebuah konflik intrapsikis dasar yang dapat berupa sebuah gambaran diri, ideal atau kebencian diri. Gambaran dari ideal diekspresikan dalam bentuk (1). Pencarian neurotik akan kemuliaan (neurotik search for glory), (2). Permintaan neurotik (neurotik claims), (3). Kebanggaan neurotik (neurotik pride). Kebencian diri diekspresikan dalam bentuk penghinaan terhadap diri (self contempt) atau tidak menajdi diri sendiri (alienation from self). Walaupun tulisan horney lebih ditunjukkan untuk kepribadian neurotik, banyak ide-idenya dapat berlaku pula pada individu normal.
            Bab ini membicarakan tentang dasar neurosis dari horney, membandingkan ide-ide horney dengan ide-ide freud, membahas pandangan horney mengenai psikologi feminim, dan membahsa singkat mengenai ide-idenya tentang psikoterapi. Sama halnya seperti teoretikus kepribadian lainnya, pandangan horney mengenai kepribadian merupakan refleksi dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Belnard Paris (1994) menulis bahwa tanda “pemikiran-pemikiran horney diperoleh dari usahanya untuk mengatasi penderitaan batinnya dan juga penderitaan batin paisen-pasiennya. Apabila penderitaan yang ia alami tidak kuat, maka pemikiran-pemikirannya akan menjadi kurang mendalam”.[1]
BIORGAFI
            Karen Danielson, Karen Horney lahir di Hamburg, Jerman pada tanggal 16 September, 1885 dan meninggal di New York City pada tanggal 4 Desember, 1952. Ia mendapat pendidikan kedokteran di Universitas Berlin, dan bekerja di Institut Psikoanalisis Berlin dari tahun 1918 sampai tahun 1932. Ia dianalisis oleh Karl Abraham dan Hans Sachs, dua analisis pelatih yang tersohor di Eropa pada saat itu. Ia pergi ke Amerika Serikat atas undangan Franz Alexanderdan menjadi Associate Director pada Institut Psikoanalisis Chicago selama dua tahun.
            Ayahnya adalah seorang kapten kapal dengan berlatar belakang Norwegia, sedangkan ibunya adalah orang Belanda. Ny. Danielson berusia 17 tahun lebih muda dari suaminya dan wataknya sangat bertolak belakang dari suaminya. Ayah Horney adalah seorang yang taat beragama, bersifat menguasai dengan keras sekali, angkuh, sering murung, dan pendiam, sementara ibunya adalah seorang yang menarik, periang, dan berpikiran bebas. Ayahnya seringkali berada di laut dalam waktu lama, dan ketika berada di rumah, sifat menentang orangtua seringkali mengharuskannya untuk mengemukakan alasan-alasan.
Kita bisa melihat akar teori kepribadian Horney dari pengalaman masa kecilnya. Penulis biografi Horney, Jack Rubins, mencatat: “Teorinya merupakan hasil dari kepribadian dan lingkungan pergaulannya… yang disaring melalui kepribadiannya.” Hampir sepanjang masa kecil dan dewasanya, dia ragu jika orang tuanya, khususnya ayahnya, menginginkannya.
Horney muda mengagumi ayahnya dan sangat merindukan perhatian dan cinta kasihnya, tapi dia ditakut-takuti oleh ayahnya. Selalu teringat di benak Horney “mata biru ayahnya yang menakutkan” dan ketegangannya, sifat banyak menuntut. Pada tahun-tahun pertama Horney merasa ditolak oleh ayahnya. Ayahnya seringkali melontarkan komentar-komentar bernada meremehkan tentang penampilan dan intelegensinya. Dia merasa diremehkan dan tidak menarik, meskipun kenyataannya dia cantik.
Horney dekat dengan ibunya dan menjadi “putri pemuja,” sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang. Hingga usianya mencapai 8 tahun, Horney adalah seorang anak teladan, melekat dan selalu mengalah, “seperti seekor domba kecil,” tulisnya. Di tengah-tengah usahanya, dia masih saja tidak percaya bahwa dia telah memperoleh cinta kasih dan rasa aman yang dia butuhkan. Karena pengorbanan diri dan perilaku baik tidak berhasil, maka dia mengubah siasatnya.
Pada usia 9 tahun, Horney menjadi seorang anak yang ambisius dan suka melawan. Dia memutuskan bahwa jika dia tidak dapat memperoleh cinta kasih dan rasa aman, maka dia akan melakukan balas dendam kepada perasaan tidak menarik dan kurangnya. Beberapa tahun kemudian dia menulis, “Jika aku tidak bisa menjadi cantik, maka aku harus menjadi pandai.” Dia berjanji untuk selalu menjadi yang pertama di kelasnya. Ketika dewasa, dia menyadari betapa banyak rasa permusuhan yang telah dia bangun pada masa kecil. Teori kepribadian Horney menjelaskan bagaimana rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar.
Pada usia 12 tahun, setelah menjalani bermacam-macam perawatan untuk suatu penyakit dari seorang dokter, dia memutuskan untuk berkarier di bidang medis. Di tengah-tengah perlawanan kepada ayahnya dan perasaan tidak berharga serta putus asa, selama di SMU Horney berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya masuk sekolah medis. Ayahnya menolak mentah-mentah idenya, ketika dia mulai kuliah di Universitas Freiburg, ibunya meninggalkan ayahnya dan pindah.
Pada usia 24 tahun, pada 1909, Horney menikah dengan Oscar Horney, seorang pengacara dari Berlin. Waktu itu, dia mempunyai tiga anak dan ikut training psikoanalisis. Dia menerima analisis tentang dirinya dari murid kesayangan Freud, yang menyebut Horney dalam istilah-istilah yang menyala-nyala kepada sang guru. Pada 1926, Horney dan suaminya berpisah, dan enam tahun kemudian dia pindah ke Amerika, pertama-tama bekerja di Chicago dan akhirnya menetap di New York. Di antara rekannya adalah Erich Fromm dan Harry Stack Sullivan. Selama beberapa tahun dia mengembangkan sebagian besar teorinya. Pada akhir hayatnya dia tertarik pada agama Budha Zen, dan dia telah mengunjungi beberapa biara Zen di Jepang beberapa tahun sebelum meninggal.
            Pada tahun 1932, Karen Horney dipindah ke New York dimana ia melakukan praktik psikoanalisis dan mengajar pada Institut Psikoanalisis New York. Karena tidak puas dengan psikoanalisis ortodoks, ia bersama sejumlah tokoh lain yang memiliki keyakinan sama, mendirikan Association for the Advancement of Psychoanalysis dan American Institute of Psychoanalysis. Ia menjadi Dekan dari institut itu sampai meninggal. Penilaian cukup baru tentang karya Horney dapat ditemukan dalam Martin ( 1975 ). Pada tahun 1920, Horney mengambil posisi dalam Institut Psikoanalisis di Berlin, di mana dia memberi kuliah tentang psikoanalisis selama beberapa tahun. Dia juga mengajar di The New School di New York City. Karl Abraham, seorang koresponden dari Sigmund Freud, menganggap Karen Horney  sebagai analis ekstensif berbakat dan guru psikoanalisis.
            Horney cepat mengatur tentang bagaimana mengembangkan dirinya sendiri. Karir pertamanya di Amerika Serikat adalah ia ditempatkan sebagai Direktur Associate Institute Chicago untuk Psikoanalisis. Ia sementara tinggal di Brooklyn yang Horney berkembang dan maju teori kompositnya tentang neurosis dan kepribadian, berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari bekerja di psikoterapi. Pada tahun 1937 dia menerbitkan buku “The Neurotic Personality of Our Time”, yang memiliki pembaca umum yang luas. Pada tahun 1941, Horney adalah Dekan American Institute of Psikoanalisis, sebuah lembaga pelatihan bagi mereka yang tertarik dalam organisasi Horney yaitu, Asosiasi untuk Kemajuan Psikoanalisis. Dia mengajar dari model non-otoriter, mendorong siswa untuk berpikir sendiri, bukannya memaksa pandangan kaku terapi ke mereka.
            Setelah itu, ia belajar di Jepang dan tinggal di beberapa biara Zen, menampilkan eksplorasi pribadinya sendiri keyakinan alternatif. Keterbukaan ini diperluas untuk kehidupan pribadinya, yang telah dikenal memiliki urusan, bahkan salah satu pasien dan peserta pelatihan, Erich Fromm. Dia tidak setuju dengan Freud karena ia percaya bahwa perkembangan kepribadian dibentuk oleh budaya dan akan bervariasi dari budaya ke budaya. Dia terutama dieksplorasi pengembangan kepribadian perempuan, menjadi pengaruh awal dalam pemikiran feminis. Penyimpangan Horney dari psikologi Freudian menyebabkan pengundurkan dirinya dari pos, dan dia segera mengajar di New York Medical College. Dia juga menerbitkan sebuah jurnal, berjudul American Journal of Psychoanalysis. Kemudian dia mengajar di New York Medical College dan terus berlatih sebagai psikiater sampai kematiannya pada 1952. Karen Horney dapat dianggap di antara pemikir psikoanalitik besar abad kedua puluh. Dia pantas mendapatkan pengakuan historis karena karyanya tentang Psikologi Feminin yang menganalisis kepribadian perempuan dengan martabat yang lebih besar dan rasa hormat dari psikoanalisis Freudian. Dia juga mengembangkan teori psikologi kepribadian dan perilaku manusia yang telah banyak diterapkan dalam pendekatan pengobatan.[2]
            Tahun-tahun awal pernikahan horney diisi denga terjadinya banyak peristiwa personal yang menyita perhatiannya. Ayah dan Ibunya, yang telah berpisah, meninggal dunia dalam waktu yang hanya berselang satu tahun; horney melahirkan 3 anak perempuan dalam jangka waktu 5 tahun; ia memperoleh gelar MD pada tahun 1915 setelah 5 tahun melakukan psikoanalisis; dan, dalam pencarianny akan laki-laki yang tepat, horney terlibat dalam beberapa hubungan asrama (paris, 1994; Quinn, 1987).
            Setelah perang dunia I, keluarga horney hidup makmur dipinggir kota dan memilki beberapa orang pembantu rumah tangga serta seorang sopir. Oskar memperoleh pendapatan yang cukup sementara karen menikmati kesuksesan sebagai psikiatri. Akan tetapi, keadaan sempurna ini segera berakhir. Inflasi dan ketidakstabilan ekonomi pada tahun 1923 menyebabkan oskar kehilangan pekerjaannya, dan keluarganya ini terpaksa harus kembali tinggal disebuah apartemen di berlin. Pada tahun 1926, karen dan oskar berpisah, tetapi pernah resmi bercerai hingga tahun 1938 (Paris, 1994).
            Tahun-tahun awal setelah perpisahannya dengan oskar merupakan masa paling produktif dalam kehidupan horney. Selain menemui pasien-pasien dan mengurus tiga anaknya, horney semakin menyukai menulis, mengajar, bepergian, dan memberi kuliah. Tulisan-tulisannya makin memperlihatkan perbedaan penting dengan teori Freudian. Horney percaya bahwa kultur, bukan anatomi, berperan dalam membuat perbedaan psikis antara laki-laki dan perempuan. Ketika Freud bereaksi negatif terhadap pemikiran horney, ia menjadi lebih terbuka mengungkapkan ketidaksetujuannya.
            Pada tahun 1932, horney meninggalkan Jerman untuk bekerja sebagai Associate Director di Chicago Psychoanalytic Institute yang baru berdiri. Beberapa alasan berperan dalam pengambilan keputusannya untuk berimigrasi karena adanya iklim politik anti Yahudi di Jerman (walaupun horney bukan seorang Yahudi), karena semakin berkembangnya ketidaksetujuan terhadap pandangannya yang baru /tidak konvensional, dan karena adanya kesempatan untuk memperluas penyebaran pemikirannya keluar Berlin. Selama dua tahun ia menetap di Chicago, horney bertemu dengan Margaret Mead, John Dollard, dan beberapa akdemisi yang mempengaruhi Herry Stack Sullivan. Selain itu, horney memperdalm pertemanannya dengan erick from dan istrinya, Frieda From Reichmann, yang telah ia kenal semasa di Berlin. Selama 10 tahun berikutnya, Horney dan From menjadi teman akrab yang saling mempengaruhi satu sama lain hingga akhirnya menjadi sepasang kekasih (Hornstein, 2000)
            Setelah menetap selama dua tahun di Chicago, horney pindah ke Newyork, dimana ia mengajar di Newschool for social research. Selama di Newyork, ia menjadi anggota group zodiac yang juga beranggotakan Fromm, Fromm Reichmann, Sullivan, dan lainnya. Walaupun horney adalah anggota Newyork Psichoanalytic institute, ia jarang sependapat dengan anggota-anggota lama, lebih lanjut, bukunya yang berjudul New Ways In Psychoanalysis (1939) menjadikannya sebagai pemimpin kelompok oposisi. Dalam buku ini, horney mengajak untuk meninggalkan teori insting dan lebih mentikberatkan pada ego dan pengaruh sosial. Pada tahun 1941, horney berhenti menjadi anggota institute akibat masalah dogma (keharusan menerima sebuah pandangan tanpa kecuali) dan orthodoxy (pandangan yang selalu diterima) dan membantu terbentuknya organisasi tandingan asociation for the advansement of psychoanalysis (APP). Akan tetapi, kelompok baru ini juga dengan cepat mengalami konflik internal. Pada tahun 1943, formm (yang hubungannya dengan horney baru saja berakhir) dan beberapa orang lainnya berhenti dari APP, meninggalkan organisasi tersebut tanpa anggota-anggota terkuatnya. Walaupun terdapat perpecahan, organisasi ini terus berlanjut, tetapi berubah nama menjadi Karen Horney Psychoanalytic Institute. Pada tahun 1952, horney mendirikan klinik karen horney (karen horney clinic). Pada tahun 1950, horney memublikasikan karya paling penting dalam hidupnya, neurosis and human growth. Buku ini menjabarkan teori-teori yang tidak lagi sebuah reaksi terhadap pemikiran Freud melainkan teori-teori yang merupakan ekspresi pemikiran pribadinya yang kreatif. Setelah mengalami sakit dalam waktu singkat horney meninggal dunia akibat kanker pada 4 desember 1952 diusia 65 tahun.
PENGANTAR TEORI PSIKOANALISIS SOSIAL
            Tulisan-tulisan awal karen horney, seperti juga tulisan-tulisan Adler, Jung dan Klein, mempunyai ciri khas Freudian. Seperti Adler dan Jung, Horney lama-kelamaan tidak sepaham dengan psikoanalisis ortodoks/konvensional dan membentuk sebuah teori revisi yang merefleksikan pengalaman-pengalaman pribadinya-baik pengalaman klinis maupun bukan.
            Walaupun tulisan-tulisan Horney hampir sebagian besar berkaitan dengan masalah kejiwaan dan kepribadian neurotik, pemikirannya dapat pula diterapkan pada kepribadian normal dan sehat. Kultur, terutama pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal, mempuyai peranan penting dalam membentuk kepribadian manusia, menjadi kepribadian neurotik atau sehat. Horney setuju dengan pendapat Freud bahwa trauma pada kanak-kanak awal merupakan hal yang penting, tetapi letak perbedaannya dengan Freud adalah pada keyakinannya bahwa dorongan sosial lebih berperan penting dalam perkembangan kepribadian dibandingkan dengan dorongan biologis.
PERBEDAAN ANTARA HORNEY DAN FREUD
            Horney mengkritik teori-teori  Freud dalam beberapa aspek. Pertama, ia memperingatkan bahwa mengikuti sepenuhnya pandangan psikoanalisis ortodoks/konvensional akan mengarah pada tidak berkembanganya pemikiran teoretis dan praktek terapi ( Horney, 1937). Kedua, Horney (1937, 1939) tidak sepakat dengan ide Freud tentang psikologi feminin, materi yang akan kita bahas belakangan. Ketiga, ia menegaskan pandangan bahwa psikoanalisis sebaiknya menyoroti lebih dari sekedar teori insting dan menitikberatkan pentingnya pengaruh kultur dalam membentuk kepribadian. “Manusia tidak hanya diatur oleh prinsip kesenangan saja, tetapi oleh dua prinsip, yaitu keamanan dan kepuasaan”(Horney, 1939, hlm.73). serupa dengan hal itu, ia mengatakan bahwa masalah kejiwaan bukan merupakan akibat insting melainkan akibat dari “usaha seseorang mencari jalan agar dapat melalui keadaan yang penuh dengan rintangan” (hlm 10). Keadaan ini diciptakan oleh lingkungan sekitar dan bukan oleh insting atau anatomi.
            Walaupun semakin menentang pandangan Freud , Horney tetap mengakui pengetahuan yang dimilki Freud. Perdebatan utamanya dengan Freud bukan berkaitan dengan keakuratan obeservasi yang dilakukan Freud melainkan berkaitan dengan validitas dari interpretasinya. Dengan kata lain, ia mengatakan bahwa penjelasan Freud menyebabkan cara pandang konsep kemanusiaan yang pesimis berdasarkan insting bawaan dan kepribadian yang tidak berkembang. Di lain pihak, cara pandangnya tentang kemanusiaan adalah cara pandang yang optimis dan berpusat pada dorongan kultural yang mudah mengalami perubahan (Horney, 1950).
PENGARUH KULTUR
                        Walaupun horney tidak gagal mempertimbangkan pentingnya faktor genesis, ia berulang kali menitikberatkan pengaruh kultural sebagai dasar utama perkembangan kepribadian neurotik dan kepribadian normal. Ia meyakini bahwa kultur modern terbentuk berdasarkan kompetisi antarindividual. “Setiap orang adalah seorang pesaing yang nyata atau pesaing yang potensial bagi orang lain” (Horney, 1937, hlm.284). daya saing dan rasa permusuhan dasar yang ditimbulkan oleh kultur modern menyebabkan perasaan terpisah. Perasaan sendirian di dunia yang tidak ramah ini akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kasih sayang (needs for affection), yang pada akhirnya membuat orang menilai cinta terlalu tinggi. Sebagai akibatnya, banyak orang melihat cinta dan kasih sayang sebagai jawaban atas semua permasalahan yang mereka hadapi. Memang, cinta yang tulus dapat menjadi pengalaman yang baik dan bermanfaat bagi seseorang. Akan tetapi, kebutuhan akan cinta yang berlebihan (seperti yang dilakukan oleh horney sendiri) akan menjadi dasar yang kuat bagi berkembangnya neurosis. Alih-alih akan mendapat manfaat dari kebutuhan akan cinta, orang-orang neurotik akan berusaha mendapatkan cinta dengan cara apapun. Usaha untuk menghalalkan diri sendiri yang mereka lakukan menyebabkan harga diri yang rendah, meningkatnya rasa permusuhan/ketidakramahan, kecemasan dasar, keinginan bersaing yang lebih tinggi, serta kebutuhan akan cint dan kasih sayang yang berlebihan dan tiada berhenti.
            Menurut Horney, masyarakat Barat mempunyai peranan dalam menimbulkan lingkaran setan ini, diantaranya dalam beberapa hal. Pertama, orang-orang dalam masyarakat ini diperkenalkan dengan ajaran kultur tentang kekeluargaan dan kerendahan hati. Akan tetapi ajaran ini bertentangan dengan sikap lain yang juga terkenal di masyarakat, yaitu agresivitas dan dorongan untuk menang atau untuk menjadi lebih baik daripada orang lain. Kedua, keinginan masyarakat untuk sukses dan berhasil mencapai sesuatu tidak pernah berakhir. Dengan demikian, biarpun orang telah memperoleh ambisi materiil, kenginan-keinginan lain akan selalu bertambah. Ketiga, masyarakat Barat meyakinkan orang-orang bahwa mereka hidup bebas dan dapat memperoleh apapun yang mereka inginkan melalui kerja keras dan ketekunan. Akan tetapi kenyataanya bagi sebagian besar orang kebebasannya dibatasi oleh faktor genetis, posisi sosial dan daya saing orang lain.
Kontradiksi-kontradiksi ini semuanya ditimbulkan oleh pengaruh lingkungan dan bukan oleh pengaruh biologis-menghasilkan konflik-konflik intrapsikis yang mengancam kesehatan mental dari orang-orang normal dan mengahsilkan rintangan-rintangan yang sulit dihadapi oleh orang-orang neurotik..  
PENTINGNYA PENGALAMAN MASA ANAK-ANAK
            Horney percaya bahwa konflik neurotik dapat muncul dari hampir semua tahapan perkembangan, tetapi masa kanak-kanak adalah masa dimana sebagian besar masalah timbul. Peristiwa-peristiwa traumatis yang berbeda-beda, seperti pelecehan seksual, pemukulan, penolakan atau pengabaian, dapat mempengaruhi perkembangan dimasa depan. Akan tetapi, Horney (1937) menyakini bahwa pengalaman-pengalaman yang merusak ini hampir selalu ditimbulkan oleh kurangnya kehangatan dan kasih sayang yang tulus. Pengalaman pengalaman pribadi Horney, yang kekurangan kasih sayang dari sang ayah dan hubungannya yang akrab dengan sang ibu, pastinya mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan pribadinya dan juga pada pemikiran-pemikiran teoretisnya.
            Horney (1939) membuat hipotesis bahwa masa kanak-kanak yang berat berperan penting dalam menimbulkan kebutuhan-kebutuhan neurotik. Kebutuhan-kebutuhan ini menjadi kuat karena hal ini merupakan satu-satunya cara bagi sang anak untuk merasakan perasaan aman. Walaupun demikian, satu pengalaman awal tidak bisa berperan membentuk kepribadian di kemudian hari. Horney berpendapat bahwa “keseluruhan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak membentuk struktur karakter tertentu, atau juga, memulai perkembangannya.” (hlm 152). Dengan kata lain, keseluruhan hubungan yang terjalin di masa-masa awal membentuk perkembangan kepribadian seseorang. “Dengan demikian, sikap-sikap terhadap orang lain yang dilakukan di masa dewasa bukan merupakan pengulangan dari sikap-sikap yang dilakukan dimasa bayi, melainkan timbul dari struktur karakter yang dasarnya berkembang pada masa kanak-kanak”(hlm, 87)
            Walaupun pengalaman-pengalaman pada masa dewasa dapat juga berpengaruh penting, terutama bagi individu normal, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak mempunyai peranan utama dalam perkembangan kepribadian. Orang-orang yang terus menjalani pola-pola tingkah laku yang sama melakukan hal semacam itu karena mereka mengartikan pengalaman-pengalaman baru sesuai dengan pola-pola tingkah laku yang sudah berkembang dalam diri mereka.
PERMUSUHAN DASAR DAN KECEMASAN DASAR
            Horney( 1950) percaya bahwa setiap manusia memulai hidupnya dengan kemunginan berkembang secara sehat. Akan tetapi, sama halnya dengan organisme hidup lainnya, manusia membutuhkan kondisi-kondisi yang mendukung untuk berkembang. Kondisi-kondisi ini harus mencakup lingkungan yang hangat dan saling mencintai, tetapi bukan lingkungan yang terlalu permisif. Anak-anak perlu untuk merasakan cinta yang tulus dan kedispilnan yang baik. Kondisi-kondisi seperti ini akan memberikan perasaan aman dan puas kepada mereka dan memungkinkan mereka tumbuh sesuai dengan diri mereka sebenarnya (real self)
            Sayangnya, sejumlah pengaruh buruk dapat mengganggu kondisi-kondisi yang mendukung tersebut. Salah satu pengaruh buruk utama adalah ketidak mampuan atau ketidakinginan orang tua untuk mencintai anak mereka. Oleh karena kebutuhan neurotik mereka sendiri, maka orang tua seringkali mendominasi, mengabaikan, terlalu melindungi, menolak, atau terlalu memanjakan. Apabila orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sang anak akan keamanan dan kepuasan, maka sang anak akan mengembangkan perasaan permusuhan dasar (basic hostility)terhadap orang tuanya. Akan tetapi, anak-anak jarang menunjukkan secara terang-terangan rasa permusuhan ini sebagai kemarahan melainkan mereka menekan rasa permusuhan mereka terhadap orang tuanya dan tidak menyadari akan keberatan rasa permusuhan tersebut. Rasa permusuhan yang ditekan kemudian mengarah kepada perasaan tidak aman yang kuat dan kecemasan yang samar-samar. Kondisi ini disebut sebagai kecemsan dasar (basic anxiety), yang horney (1950) jelaskan sebagai “perasaan terisolasi dan tidak berdaya di dunia dianggap tidak ramah” (hlm 18). Sebelumnya, ia memberikan gambaran yang lebih jelas dengan menyebutkan kecemasan dasar sebagai “perasaan kecil, tidaklah berarti, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam bahaya, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, menghianati dan iri (Horney, 1937, hlm 92)
            Horney (1937, hlm 75) meyakini bahwa permusuhan dasar dan kecemasan dasar “saling terkait satu sama lain”. Dorongan –dorongan permusuhana adalah sumber utama timbulnya kecemasan dasar. Akan tetapi, kecemasan dasar dapat juga berperan menciptakan perasaan permusuhan. Sebagai contoh mengenai bagaimana permusuhan dasar dapat mengarah kepada kecemasan, Horney (1937) menulis tentang seorang pria muda dengan rasa permusuhan yang ditekan, yang pergi mendaki gunung dengan seorang wanita muda yang dicintanya. Akan tetapi, rasa permusuhan yang ditekannya tersebut membuatnya cemburu terhadap sang wanita. Ketika berjalan pada puncak gunung yang berbahaya, si pria muda tiba-tiba mengalami “serangan keemasan” (anxiety attack) yang sangat hebat, yaitu jantung yang berdetak sangat cepat dan kesulitan bernafas. Kecemasan tersebut muncul karena adanya keinginan kuat, yang tampak tidak pantas untuk ia lakukan, untuk mendorong sang wanita ke tepian puncak gunung.
            Dalam hal ini, permusuhan dasar mengarah pada munculnya kecemasan yang berlebihan. Akan tetapi, kecemasan dan ketakutan dapat pula mengarah pada munculnya rasa permusuhan yang kuat. Anak-anak yang merasa terancam oleh orang tuanya mengembangkan rasa permusuhan sebagai reaksi untuk mempertahankan diri dari ancaman tersebut. Reaksi permusuhan ini, pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan tambahan, yang dengan demikian melengkapi lingkaran interaksi antara permusuhan dan kecemasan. Horney (1937) menyatakn bahwa “tidak menjadi masalah apakah kecemasan atau permusuhan yang merupakan faktor utama” (hlm 74). Hal yang paling penting adalah bahwa pengaruh timbal balik antara keduanya dapat memperkuat neurosis walaupun si penderita tidak mengalami konflik tambahan di luar dirinya.
            Kecemasan dasar itu sendiri bukanlah neurosis, melainkan “lahan subur di mana neurosis dapat berkembang setiap saat” (Horney, 1937, hlm 74). Kecemasan dasar terjadi secara terus menerus dan sulit dihentikan, serta tidak membutuhkan stimulus tertentu, seperti menjalani ujian disekolah atau berpidato. Kecemasan dasar mempengaruhi semua hubungan yang terjalin dengan orang lain dan mengarah pada cara-cara yang tidak sehat untuk berhadapan dengan orang lain.
            Walaupun ia kemudian mengubah tulisannya tentang cara-cara mempertahankan diri dari kecemasan dasar, Horney (1937) pada awalnya mengidentifikasi empat cara umum yang dilakukan orang untuk menjaga diri mereka dari perasaan sendirian di dunia yang tidak ramah. Cara pertama adalah kasih sayang, sebuah strategi yang tidak selalu mengarah pada cinta tulus. Dalam pencarian akan kasih sayang, beberapa orang mungkin berusaha untuk membeli cinta dengan cara menuruti permintaam orang lain, barang-barang materiil, atau hasrat sexual.
            Cara mempertahankan diri yang kedua ialah submissiveness. Orang-orang neurotik dapat patuh kepada orang lain, kepada institusi seperti perusahaan, atau kepada agama. Orang-orang neurotik yang patuh kepada orang lain sering kali melakukannya untuk bisa mendapatkan kasih sayang. Orang-orang neurotik dapat pula melindungi diri mereka sendiri dengan cara mendapatkan kekuasaan (power), gengsi/penghargaan karena status sosial yang tinggi (prestige), atau kepemilikan (possession). Power adalah pertahanan diri terhadap rasa permusuhan dari orang lain yang nyata atau khayalan dan biasanya muncul dalam wujud kecenderungan untuk mendominasi orang lain; prestige adalah perlindungan terhadap rasa malu dan biasanya diekspresikan dengan cara mempermalukan orang lain; possession bertindak sebagai  pelindung terhadap kemiskinan dan biasanya menjelma dalam bentuk kecenderungan untuk tidak suka berbagi dengan orang lain.
            Cara pertahanan diri yang keempat adalah menajauhi (withdrawd). Orang-orang neurotik sering kali melindungi diri mereke dari kecemasan dasar dengan cara mengembangkan kemandirian dari orang lain atau dengan memisahkan diri secara emosional merasa tidak bisa disakiti oleh orang lain. Catra-cara pertahanan diri ini tidak langsung mengindikasi neurosis dan Horney percaya bahwa semua orang menggunakan cara-cara tersebut sampai batas tertentu. Cara-cara ini menjadi cara-cara yang tidak sehat ketika seseorang merasa harus selalu menggunakan cara-cara tersebut dan oleh karenanya tidak dapat menggunakan strategi-strategi interpersonal yang beragam. Sehingga, dorongan yang kuat untuk selalu melakukan sesuatu merupakan karakteristik paling nyata dari semua dorongan neurotik.
DORONGAN KOMPULSIF
            Individu-indivedu neurotik mempunyai masalah yang sama dengan masalah yang mempengaruhi orang-orang normal, hanya saja orang-orang neurotik menagalami masalah tersebut dengan tingkatan yang lebih besar. Semua orang menggunakan caranya masing-masing dalam melindungi diri dari penolakan, permusuhan dan kompetisi dengan orang lain. Akan tetapi, individu normal dapat menggunakan beragam tindakan pertahanan diri dengan baik, sementara individu neurotik berulang kali menggunakn strategi yang sama dan tidak produktif. Horney meyakini bahwa orang-orang neurotik tidak menikmati penderitaan dan ketidakbahagiaan. Mereka tidak dapat mengubah tingkah laku mereka atas kemauan mereka sendiri. Akan tetapi, mereka harus secara terus-menerus dan berulang kali menjaga diri mereka dari kecemasan dasar.[3] Orang dengan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik yang sangat berat, konflik antar kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan kebebasan emosi dan pikiran. Semuanya dimulai dari hubungan bayi dengan ibunya, hubungan antara manusia.[4]
            Strategi pertahanan diri ini membuat mereka terperangkap dalam lingkaran setan dimana kebutuhan-kebutuhan kompulsif untuk mengurangi kecemasan dasar mengarah pada tingkah laku yang memupuk harga diri rendah, rasa permusuhan kepada siapapun/apapun, pencarian kekuasaan yang tidak wajar, meningkatnya perasaan lebih baik dari orang lain, dan ketakutan yang secara terus-menerus, yang semuanya itu akan mengakibatkan kecemasan dasar yang lebih besar lagi.[5]
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN NEUROTIK
            Horney mengemukakan 10 kebutuhan neurotik, yakni kebutuhan yang timbul sebagai akibat dari usaha menemukan pemecahan-pemecahan masalah gangguan hubungan antara manusia.
1. Kebutuhan kasih sayang dan penerimaan: keinginan membabi-buta untuk meyenangkan orang lain dan berbuat sesuai dengan harapan orang lain. Orang itu mengharapkan dapat diterima dengan baik orang lain, sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain, cenderung takut berkemauan,dan sangat peka/ terganggu dengan tanda-tanda permusuhan dan penolakan dari orang lain dan perasaan permusuhan di dalam dirinya.
2. Kebutuhan partner yang bersedia mengambil alih kehidupannya: tidak memiliki kepercayaan diri, berusaha mengikatkan diri dengan partnet yang kuat. Kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta, dan ketakutan akan kesepian dan diabaikan.
3. Kebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit: penderita neurotik sering berusaha untuk tetap tidak menarik perhatian, menjadi orang kedua, puas dengan yang serba sedikit. Mereke merendahkan nilai kemampuan mereka sendiri, dan takut menyuruh orang lain.
4. Kekuasaan : Kekuatan dan kasih sayang mungkin dua kebutuhan neurotik yang terbesar. Kebutuhan kekuatan, keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan melecehkan kelemahan, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan prestis dan kepemilikan , yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan  lemah dan bodoh.
5. Kebutuhan mengeksploitasi orang lain : Takut menggunakan kekuasaan secara terang-terangan, menguasai orang lain melalui eksploitasi dan superiorita intelektual. Neurotik sering mengevaluasi orang lain berdasarkan bagaimana mereka dapat dimanfaatkan atau diekspoitasi, pada saat yang sama mereka takut diekploitasi orang lain.
6. Kebutuhan pengakuan sosial atau prestise: Kebetutuhan memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian.
7. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi: pengidap narkotik memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus-menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.
8. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi: penderita neurotik sering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik- penjual terbaik- pemain bowling terbaik, pecinta terbaik. Mereka ingin menjadi terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman, harus mengalahkan orang lain untuk menyatakan superioritasnya.
9. Kebutuhan untuk mencukupi diri sendiri & independensi: Neurotik yang kecewa-gagal menemukan hubungan-hubungan yang hangat dan memuaskan dengan orang lain yang cenderung akan memisahkan diri tidak mau terikat dengan orang lain orang menyendiri.
10. Kebutuhan kesempurnaan dan ketaktercelaan : melalui perjuangan yang tidak mengenal lelah untuk menjadi sempurna, penderita neurotik membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya.[6]
MENGATASI KONFLIK
            Ada tiga macam gaya hubungan interpersonal, yakni;kecenderungan mendekat (moving toward others atau self effacement), kecenderungan menentang (moving againt others atau seeking domination), dan kecenderungan menjauh ( moving away from others atau avoid relation). Penyebab utama timbulnya tingkah laku neurotik menurut horney adalah hubungan interpersonal yang salah, karena itu mengatasai tingkah laku neurotik, konflik dan kecemasan hanya dapat dilakukan melalui perbaikan hubungan interpersonal yang salah itu. Semua orang baik yang normal maupun yang neurotik memakai ketiga gaya itu untuk melawan konflik dan kecemasannya. Perbedaan antara gaya hubungan interpersonal yang normal dengan neurotik, ada pada bagaimana terjadinya tingkah laku. Pada orang normal, tingkah laku atau pilihan gaya yang dipakai berubah-ubah dari gaya yang satu ke gaya yang lainsecara spontan, sedangkan pengidap neurotik pilihan gaya cenderung tetap, tidak berubah, memakai satu gaya secara kompulsif.[7] Seseorang dapat menggunakan masing-masing dari kecenderungan neurotik untuk mengatasi konflik dasar, tetapi solusi-solusi ini pada dasarnya tidak produktif atau neurotik. Horney (1950) menggunakan istilah konflik dasar karena anak anak yang sangat muda terdorong ke tiga arah pertahanan diri- mendekati, melawan, dan menjauhi orang lain. [8]
            Pada anak-anak yang sehat, ktiga dorongan ini tidak selalu bertentangan. Akan tetapi, perasaan terpisah dan tidak berdaya yang Horney jelaskan sebagai kecemasan dasar mendorong sebagian anak-anak untuk bertindak secara kompulsif, yang kemudian membuat pembendaharaan mereka menjadi terbatas hanya pada satu kecendurungan neurotik saja. Dengan mengambil sikap terhadap orang lain yang berbeda-beda, anak-anak ini berusaha untuk mengatasi konflik dasar yang mereka hadapi dengan cara menjadikan satu dari ketiga kecenderungan neurotik dominan. Sebagian anak-anak mendekati orang lain dengan bertingkah laku menuruti  apa yang orang lain katakan sebagai cara untuk melindungi dari perasaan tidak berdaya. Anak-anak lain melawan orang lain dengan bertindak agresif untuk mencegah orang lain bersikap tidak ramah atau memusuhi. Anak-anak lainnya menjauhi orang lain dengan cara memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan mengurangi perasaan sendirian atau terpisah. (Horney, 1945).[9]
MENDEKATI ORANG LAIN
            Orang mendekati orang lain sebagai usaha untuk melawan perasaan tak berdaya. Orang yang merasa selalu kalah atau mudah kalah (compliant),menjadi sangat membutuhkan kasih sayang penerimaan, dan atau membutuhkan partner yang kuat yang dapat mengambil tanggung jawab terhadap kehidupannya. Horney menamakan kebuhan ini sebagai ketergantungan yang tidak normal (morbid dependency) sebgai lawan dari saling tergantung (codepency)
            Kecenderungan neurotik mendekat orang lain, melibatkan strategi yang kompleks, karena mencakup keseluruhan fikiran, perasaan, tingkah laku- keseluruhan gaya hidup- seseorang itu adalah filsafat hidup. Orang neurotik yag memakai filsafat hidup semacam itu memandang dirinya sebagai orang yang mudah dicintai, baik hati, tidak mementingkan diri sendiri, sederhana, dan peka dengan perasaan orang lain. Mereka bersedia menempakan diri dibawah orang lain, menempatkan orang lain lebih cerdas dan lebih menarik, dan menilai diri sendiri sesuai dengan fikiran orang mengenai dirinya.
BERGERAK MELAWAN ORANG LAIN
            Orang yang agresif memandang orang lain sebagai musuh, dan memakai strategi melawan oang lain untuk meredakan kecemasannya. Seperti orang komplian dia mendekat orang lain, tetapi bukannya menyerahkan diri, dia malahan bersikap buruk dan kasar. Mereka dimotivasi untuk mengeksploitasi orang lain, dan memanfaatkan orang lain untuk keuntungan dirinya. Mereka tidak mau menerima kesalahan dirinya, secara kompulsif berusaha tampil sempurna, kuat dan superior. Lima dari kebutuhan neurotik, termasuk klasifikasi kecenderungan menyerang, yakni kebutuhan menjadi kuat, mengeksploitasi orang lain, memperoleh prestise, dihormati, dan berprestasi. Orang-orang ini mungkin tampil tampil sebagai pekerja keras dan bersemangat, tetapi tidak merasa senang dengan pekerjaannya.
BERGERAK MENJAUH DARI ORANG LAIN
            Untuk mengatasikonflik dasar isolasi, orang justru memisahkan diri, memakai kecenderungan neurotik menjauh dari orang lain. Strategi ini adalah ekspresi kebutuhan keleluasan pribadi (privacy), kemandirian, dan kecukupan diri sendiri (self-sufficieny). Kebutuhan semacam itu dapat menimbulkan tingkah laku yang positif, tetapi juga bisa negatif, neurotik- kalau orang secara kompulsif berusaha memuaskan diri dengan mengambil jaak secara emosional dengan orang lain.[10]
KONFLIK INTRAPSIKIS
          Kecenderungan neurotik yang timbul dari kecemasan dasar, berkembang dari hubungan anak dengan orang lain. Dinamika kejiwaan yang terjadi menekankan pada konflik budaya dan hubungan antar pribadi. Dalam hal ini Horney tidak mengabaikan faktor intrapsikis dalam perkembangan kepribadiannya. Menurutnya, proses intrapsikis semula berasal dari pengalaman hubungan antar pribadi kemudian mengembangkan eksistensi dirinya terpisah dari konflik interpersonal. Untuk dapat memahami konflik intrapsikis yang sarat dengan dinamika diri, perlu difahami empat gambaran diri dari Horney (Alwisol, 2009), yaitu :
1.      Diri Rendah (Despised Real Self)
          Konsep yang salah tentang kemampuan diri, keberhargaan dan kemenarikan diri, yang didasarkan pada evaluasi orang lain yang dipercayainya, khususnya orang tuanya. Evaluasi negative mungkin mendorong oramg untuk merasa tak berdaya.

2.      Diri Nyata (Real Self)
          Pandangan subjektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang, kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus, dan keinginan untuk “realisasi diri”, keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya.
3.      Diri Ideal (Ideal Self)
          Pandangan subjektif mengenai diri yang seharusnya, suatu usaha untuk menjadi sempurna dalam bentuk khayalan, sebagai kompensasi perasaan tidak mampu dan tidak dicintai.
4.      Diri Aktual (Actual Self)
          Berbeda dengan real self yang subektif, aktual self adalah kenyataan objektif diri seseorang, fisik dan mental apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh persepsi orang lain.
Upaya Mengatasi (Attempts At Coping)
            Untuk mengatasi kecemasan dasar, orang mengembangkan sejumlah strategi. Mereka menciptakan dan berusaha untuk mewujudkan sebuah citra diri ideal dengan mencapai kesempurnaan, atau "kemuliaan", mereka mengembangkan "sistem kebanggaan" untuk mendukung gambaran ideal, serta satu set perilaku standar yang mustahil, atau "keharusan", dan mereka mencoba untuk memungkiri, atau "mengeksternalisasi", hal-hal dalam diri mereka yang mereka tidak dapat mengatasi. Semua upaya ini dapat menghasilkan "keterasingan dari diri".
            Mengatasi telah didefinisikan dalam istilah psikologis oleh Susan Folkman dan Richard Lazarus sebagai "constantly changing cognitive and behavioral efforts to manage specific external and/or internal demands that are appraised as taxing" (selalu berubah upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal tertentu yang dinilai sebagai beban) atau "exceeding the resources of the person (melebihi sumber dari orang). (Lazarus & Folkman, 1984)
            Dengan demikian, mengatasi (Coping) merupakan pengeluaran usaha sadar untuk memecahkan masalah personal dan interpersonal, dan berusaha untuk menguasai, mengurangi atau mentolerir stres atau konflik. Mekanisme coping psikologis biasanya disebut strategi mengatasi atau keterampilan mengatasi. Istilah mengatasi umumnya mengacu pada strategi penanggulangan adaptif atau konstruktif, yaitu strategi mengurangi tingkat stres. Namun, beberapa strategi penanganan yang dapat dianggap maladaptif, yaitu, tingkat stres meningkat. Maladaptif mengatasi dengan demikian dapat dijelaskan, pada dasarnya, sebagai non-coping. Selanjutnya, istilah mengatasi umumnya mengacu reaktif coping, yaitu, respon coping berikut stressor. Ini kontras dengan mengatasi proaktif, dimana respon coping bertujuan untuk mencegah stressor masa depan. Respon coping yang sebagian dikendalikan oleh kepribadian (sifat kebiasaan), tetapi juga sebagian oleh konteks sosial, khususnya sifat dari lingkungan stress.
Gaya Interpersonal dan Upaya Mengatasi
Sumber: Horney (1942, 1945, 1950)

Upaya mengatasi
Gaya interpersonal
Kerendahan hati,
Bergerak ke arah lain,
Mencari cinta
Perluasan,
Bergerak melawan lainnya,
Berusaha mendominasi
Pengunduran diri,
Bergerak menjauh dari orang lain,
Berusaha untuk menghindari hubungan
Citra diri ideal
Baik, murah hati, penuh kasih, tidak egois, simpatik, baik hati, rendah hati, mengorbankan diri
Semua-kuat, tak terkalahkan, bantuan tidak ada yang perlu; intelektual, fisik, moral unggul
Independen, mandiri, berwawasan, mandiri, bebas dari keinginan dan gairah, setia pada satu diri, unik
Mencari kemuliaan
Sempurna cinta; menyerah kepada seseorang yang akan mengambil alih kehidupan seseorang; kesempurnaan Kristus; kemartiran
Absolute kontrol; berada di atas dan lebih baik dari semua orang; kemenangan dan pembalasan
Kebebasan; ketenangan sempurna, tidak ada masalah, iritasi, mengganggu
Sumber kebanggaan
Menjadi baik, baik hati, dicintai (secara sadar ditolak tetapi ditunjukkan pada hipersensitivitas terhadap dikritik)
Intelektual kekuatan, kewaspadaan, kemampuan untuk mengecoh orang lain, keadilan, pandangan ke depan, perencanaan, berada di atas luka dan penderitaan
Kebijaksanaan yang "realistis", detasemen, ketabahan, self-sufficiensy, kemandirian, ketahanan terhadap pemaksaan, berada di atas kompetisi
Sumber dari rasa membenci diri
Rendah diri, kebodohan, kelemahan; yang dicintai, tidak diinginkan
Falibilitas; kebutuhan akan cinta, spontanitas, kegembiraan hidup
Inersia, kegagalan untuk mencapai apa-apa, kesia-siaan
Keharusan
Mengembangkan hubungan cinta menjadi satu harmoni perect, bercinta pasangannya, tidak buang waktu n diri, tidak berusaha untuk lebih dari satu telah


Menyelesaikan tugas apapun; menangani situasi apapun, memecahkan masalah, tidak peduli bagaimana kompleks; menaklukkan segala sesuatu dengan belaka akan; selalu benar
Melupakan kesenangan semua; tidak menjadi atached atau terlibat secara emosional dengan siapa pun, tidak harus mengubah 'tidak harus menyesuaikan diri dengan orang lain kebutuhan
Eksternalisasi
Kemarahan, permusuhan, dan kebencian diri, dengan melihat orang lain menuduh atau mengkritik diri sendiri atau dengan penderitaan dan dengan demikian membuat orang lain merasa bersalah
Ketakutan, kecemasan tak berdaya, dan, dengan memanggil orang lain ketakutan, dan lemah; falibilitas sendiri, dengan menunjukkan kebodohan orang lain dan kesalahan.
Kebutuhan untuk mengontrol dan membuat tuntutan pada orang lain, dengan melihat orang lain sebagai menuntut pengajuan dan sebagai mengganggu kehidupan seseorang

Jenis-jenis strategi coping
1.  Moving toward people
                 Memiliki ciri-ciri seperti menganggap orang lain mempunyai arti yang sangat penting dalam hidupnya, mempunyai sikap tergantung pada orang lain, ingin disenangi, dicintai dan diterima, bersikap intrapunitif (suka menghukum/ menyalahkan diri sendiri) serta mengorbankan diri sendiri dan tidak individualistis.
2.  Moving against people
            Mempunyai ciri-ciri seperti bersikap agresif, oposisional (bertentangan dengan orang lain), ingin menguasai dan menindas orang lain, tidak pernah memperlihatkan rasa takut maupun rasa belas kasihan serta menjalin hubungan dengan orang lain berdasarkan pertimbangan untung dan rugi. Sementara untuk orang yang memiliki orientasi.
3.  Moving away from people
            Mempunyai ciri-ciri seperti menjauh atau lari dari realitas, tidak mau mengadakan keterlibatan emosi dengan orang lain baik dengan mencintai, berkelahi atau berkompetisi dan individu ini selalu berusaha agar bisa hidup tanpa orang lain dan benar-benar tidak ingin tergantung pada orang lain. (Wagner, 1996)

Citra Diri Ideal dan Pencarian Kemuliaan (The Idealized Self-Image and The Search For Glory)
            Karena mereka merasa rendah diri, orang dengan kecemasan dasar mengembangkan citra diri yang ideal seperti sebuah gambar (dan sebagian besar tidak sadar) imajiner dari diri sebagai prssessor kekuasaan tak terbatas dan kualitas superlatif. Diri yang sebenarnya orang ini adalah berada dalam kehidupan sehari-hari, sering dihina karena gagal memenuhi persyaratan dari gambaran ideal. Semua orang mendengar cacian diri mereka sendiri untuk beberapa kesalahan kecil: "apa saya idiot? bagaimana bisa saya lakukan hal bodoh seperti itu?" Horney menyarankan bahwa hanya orang yang diam-diam percaya kesempurnaan mereka sendiri (atau potensial untuk kesempurnaan) yang sangat toleran terhadap ketidak sempurnaan mereka. (Lindzey, 1985).
            Mendasari tentang diri ideal dan diri yang sebenarnya adalah diri sejati, yang terungkap oleh sebagai orang hanya untuk menumpahkan berbagai teknik pengembangan untuk menangani kecemasan dasar dan mencari cara untuk mengatasi konflik. Diri sejati bukan merupakan perusahaan tetapi suatu "kekuatan" yang mendorong pertumbuhan dan realisasi diri (Horney, 1950).  Dalam pencarian kemuliaan, orang tersebut mencoba untuk memenuhi citra diri yang ideal. Formulasi yang mirip dengan "superiority striving" Adler, mencari kemuliaan dari perjuangan normal untuk prestasi dapat dibedakan dalam tiga cara: Perjuangan neurotik yang memaksa, tidak pandang bulu, dan tidak pernah puas.
Horney juga berbagi pandangan Abraham Maslow bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang semua orang perjuangkan. Dengan "diri" dia mengerti inti dari keberadaannya sendiri dan potensi. Horney percaya bahwa jika kita memiliki konsepsi yang akurat tentang diri kita sendiri, maka kita bebas untuk menyadari potensi kita dan mencapai apa yang kita inginkan, dalam batas-batas yang wajar. Dengan demikian, ia percaya bahwa aktualisasi diri adalah tujuan orang yang sehat melalui kehidupan yang bertentangan dengan neurotik itu menempel satu set kebutuhan utama.
            Menurut Horney kita dapat memiliki dua pandangan tentang diri kita: "diri sejati" dan "diri ideal". Diri yang sebenarnya adalah siapa dan apa kita sebenarnya. Diri ideal adalah tipe orang kita merasa bahwa kita seharusnya. Diri yang sebenarnya memiliki potensi untuk pertumbuhan, kebahagiaan, akan kekuasaan, realisasi hadiah, dll, tetapi juga memiliki kekurangan. Diri ideal digunakan sebagai model untuk membantu diri sejati dalam mengembangkan potensinya dan mencapai aktualisasi diri. (Engler 125) Tetapi penting untuk mengetahui perbedaan antara diri kita yang ideal dan nyata.
            Diri orang neurotik yang dibagi antara diri ideal dan diri sejati, akibatnya individu neurotik merasa bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan diri ideal. Dengan demikian, neurotik adalah seperti pendulum jam, berosilasi antara "kesempurnaan" keliru dan merupakan manifestasi dari diri kebencian. Horney disebut fenomena ini sebagai "tirani dari keharusan" dan putus asa yang neurotik yang "mencari kemuliaan". Dia menyimpulkan bahwa sifat-sifat tertanam jiwa selamanya mencegah potensi individu dari yang diaktualisasikan kecuali siklus neurosis entah bagaimana rusak, melalui pengobatan atau sebaliknya.


Sistem Kebanggaan (The Pride System)
            Sistem kebanggaan terdiri dari dua fenomena yang mau tidak mau menemani satu sama lain. Kebanggaan neurotik adalah kebanggaan palsu karena diinvestasikan dalam hal-hal yang mendukung citra diri yang ideal, seperti menjadi lebih kuat atau lebih kecerdasan dari orang lain. Perasaan rendah diri yang mendasari citra diri ideal, bersama dengan kegagalan akan menghasilkan kebencian terhadap diri sendri. Setiap kegagalan meningkatkan kebencian diri seseorang dan kebutuhannya untuk mempertahankan kebanggaan dalam diri ideal.

"
Harus" (The “Shoulds”)
            Dalam upaya lebih jauh untuk mendukung citra diri ideal, orang mengembangkan keharusan, yaitu satu set tuntutan pada diri yang "sama sekali terlalu sulit dan terlalu kaku". Contohnya: seorang mahasiswa di tahun terakhir kuliah menulis makalah senior, melakukan proyek penelitian, menjabat sebagai presiden asosiasi mahasiswa, menulis kolom untuk koran kampus, bermain klarinet di sebuah klub lokal, dan mencoba untuk melanjutkan kehidupan sosial yang luas. Ketika ia melakukan kesalahan gramatikal kecil dalam kolom, temannya bertanya apa ia berusaha untuk membuktikan.
            Keharusan didasarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan mudah, tidak peduli fakta apa yang akan mempengaruhi. Misalnya, seorang profesor sejarah seni merasa bahwa dia harus bisa menulis sebuah artikel tentang seorang pelukis romanian, jelas dalam beberapa hari dan melemparkan menjadi depresi karena tulisannya tidak mengalir. Ia mengabaikan fakta bahwa sebelum mulai menulis, dia harus melakukan penelitian, mengorganisir pikirannya, mempertimbangkan apakah ia telah mengatakan sesuatu, dan membuat garis yang jelas.

Mengasingkan diri (Alienation From Self)
            Citra diri diartikan secara total tidak sama dengan nyata diri, dan externalization adalah satu pengingkaran dari nyata diri. Kerenggangan dari diri punyai jangkauan luas akibat adanya kepribadian dan hidup. Orang-orang meyakini bahwa yang lain adalah reponsible untuk kesulitan mereka. Semakin sedikit cara yang tersedia untuk mendorong ke arah realisasi diri, akhirnya sistem bangga mencegah orang-orang dari tanggung jawab asumsi untuk mereka sendiri. Misalnya, kalau seseorang tidak dapat mengenali bahwa dia adalah penghasut dari perilakunya sendiri, dia akan enggan untuk melahirkan konsekuensi dari perilaku itu dan dia tidak akan mengenali bahwa hanya dia yang dapat melakukan sesuatu tentang kesulitan yang diakibatkan oleh ini.

Neurotik "Solusi" Untuk Konflik (Neurotic “Solution” to Conflict: Horney’s Model of Interpersonal Styles)
            Sesuai dengan Horney, orang-orang berhubungan dengan diri mereka sendiri. Saat manusia berkembang, mereka belajar mempergunakan sesuatu yang lain dari gaya hubungan antar pribadi ini. Walaupun orang-orang biasanya lebih suka satu gaya, namun mereka mampu untuk mengekspresikannya. Orang-orang yang belum pernah menaklukkan kecemasan dasar dan permusuhan dasar, bagaimanapun tidak dapat tahan terhadap konflik.

Melupakan Diri Sendiri (Self-Effecment)
            Orang-orang yang melupakan dirinya sendiri jarang menyatakan kebutuhan mereka secara terbuka. Mereka mungkin melebih-lebihkan rasa dari ketakberdayaan dan derita, hal itu untuk memperoleh keprihatinan. Citra diri mereka idealkan dengan menekankan kasih sayang. Ketika mereka tidak menerima dengan persetujuan orang lain, mungkin mereka akan berusaha untuk memperoleh persetujuan itu, dan kalau mereka mengalami kekecewaan, maka lingkaran setan yang lain akan berjalan. 

Perkembangan
            (Lindzey, 1985), Kekuatan pemotivasi mereka adalah penentuan untuk mengatasi tiap-tiap rintangan. Ada tiga jenis perkembangan, yaitu:
1.      Narcissistic.
2.      Perfectionistic.
3.      Arrogant-vindictive.
            Orang-orang Narcissistic tampak sangat tinggi dan percaya diri, tidak punya keraguan, sadar dari bakat dan keterampilan mereka sendiri. Horney sering berkata, orang-orang yang demikian menyukai anak-anak. Mereka sering menjadi penuh kasih dan dermawan tapi hanya sebagai antisipasi kemurahan hati kembali. Horney melihat narsisme cukup berbeda dari Freud, Kohut, dan teori psikoanalitik utama. Karena ia tidak menempatkan sebuah narsisme primer, tetapi melihat kepribadian narsistik sebagai produk dari jenis tertentu dari lingkungan awal yang bekerja pada jenis temperamen tertentu. Baginya, kebutuhan narsis dan kecenderungan tersebut tidak melekat dalam sifat manusia.
            Narsisme berbeda dari strategi Horney yang defensif atau solusi bukan dalam kompensasi. Idealisasi diri adalah kompensasi dalam teori, tapi hal itu berbeda dari narsisisme. Semua strategi defensif melibatkan idealisasi diri, tetapi dalam penyelesaiannya, narsis cenderung menjadi produk dari kegemaran bukan kekurangan. Harga diri para narsisis tidak kuat, karena tidak didasarkan pada prestasi asli
Orang-orang Perfectionistic mendasari rasa mereka dari keadaan diatas para cendekiawan dan standar moral. Hal yang berada di luar mereka merupakan kegagalan mereka. Mempunyai standar yang tinggi, yang dapat memberikan orang-orang ini satu perasaan sebagai penguasaan.
            Orang-orang Arrogant-vindictive  sangat biasanya mempunyai "particularly bad human experiences", penghinaan, pengabaian, atau kekejaman seperti itu, dan mereka yakin bahwa orang lain itu tak jujur dan berhati dengki. Mereka merupakan pesaing yang tinggi dan bangga dari kemampuan mereka untuk memperdayakan yang lain.

Pengunduran Diri (Resignation)
            Pengunduran diri berpotensi paling destruktif dari semua penderita neurotic "solusi" ini memaksudkan untuk menarik diri dari bidang hubungan interpersonal dan dengan demikian hidup sendiri. Horney menyarankan beberapa cara, dalam lingkungan awal dari orang-orang pasrah, buat permintaan berlebihan pada mereka untuk mencocokkan dan mengancam untuk melanda mereka tanpa memandang ke ciri khas mereka.
            Orang-orang pasrah mungkin melibatkan pada beberapa aktivitas bervariasi kecuali tanpa kedalaman atau persetujuan yang mengikat. Mereka mungkin berkata, lakukan, dan bahkan mereka berpikir apa yang diharapkan pada lingkungan tertentu, demi pendapat orang lain. Ketika seseorang mencoba untuk berhubungan dengan orang-orang demikian di beberapa cara, sesuatu menyadari kedangkalan dari adaptasi mereka. Erich Fromm, mendiskusikan satu kepribadian serupa yang dia namakan "marketing" jenis. Dikatakan satu kerusakan permanen pada kapasitas orang untuk mengalami derita emosional yang sebenarnya. Horney tidak sependapat dengannya, dinyatakan dengan orang-orang yang demikian mengungkapkan di pengobatan, "sangat melupakan kesedihan, benci diri dan benci untuk orang lain, mengasihani diri, berputus asa, bimbang" mereka tidak cacat, dia minta dengan tegas, tapi terlibat dalam satu tekad dari bagian dalam hidup.
            Horney menyarankan faktor masa anak-anak itu mungkin menyebabkan adopsi dari corak mode tertentu, dia mungkin akan cepat untuk mengatakan yang mengecualikan ke aturan. Faktor lain pada hidup awal anak dan mungkin faktor biologi juga mungkin mempengaruhinya atau perkembangannya.[11]
IMPLEMENTASI TEORI PSIKOANALISIS KAREN HORNEY
Psikologi wanita
            Sebagai pengikut Freud, Horney berangsur-angsur menyadari bahwa pandangan psikoanalitik tradisional mengenai wanita tidak seimbang. Dia kemudian mengembangkan sendiri teori psikologi wanita, yang menolak beberapa konsep dasar Freud.
            Horney juga pelopor dalam disiplin psikiatri feminin, juga sebagai salah satu psikiater wanita pertama yang menyajikan makalah tentang psikiatri feminin. Empat belas makalah dia tulis antara tahun 1922 dan 1937 yang digabung menjadi satu buku yang berjudul Feminine Psychology. Sebagai seorang wanita, ia merasa bahwa pemetaan dari tren dalam perilaku perempuan adalah pengabaian masalah. Dalam esainya yang berjudul "The Problem of Feminine Masochism" Horney merasa dia membuktikan bahwa budaya dan masyarakat di seluruh dunia mendorong perempuan bergantung pada laki-laki untuk cinta mereka, wibawa, kekayaan, perawatan dan perlindungan. Perempuan dianggap sebagai objek pesona dan keindahan-berbeda dengan tujuan akhir setiap manusia dari aktualisasi diri.
Wanita, menurut Horney, secara tradisional memperoleh nilai hanya melalui anak-anak mereka dan keluarga yang lebih luas. Dia menyentuh lebih lanjut mengenai hal ini dalam esainya "The Distrust Between the Sexes" di mana ia membandingkan hubungan suami-istri ke orang tua-anak, hubungan kesalah pahaman yang melahirkan neurosis merugikan.
            Horney percaya bahwa pria dan wanita memiliki dorongan untuk menjadi cerdik dan produktif. Wanita dapat memuaskan kebutuhan normal dan batin. Untuk melakukan hal ini, mereka hamil dan melahirkan. Pria akan puas hanya perlu melalui cara-cara eksternal. Horney mengusulkan agar prestasi mencolok dari pria dalam pekerjaan atau bidang lain dapat dilihat sebagai kompensasi atas ketidakmampuan mereka untuk melahirkan anak-anak.
            Horney mengembangkan idenya sejauh bahwa ia merilis salah satu buku "self-help" pertama pada tahun 1946, yang Are You Considering Psychoanalysis?. Buku ini menegaskan bahwa orang-orang, baik pria dan wanita, dengan masalah neurotik yang relatif kecil, pada dasarnya bisa menjadi psikiater sendiri. Dia terus menerus menekankan bahwa kesadaran diri adalah bagian untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih kaya.[12]



Perbedaan Pria-Wanita
            Menurut Horney bukan sekedar perbedaan anatomi, tetapi lebih sebagai perbedaan harapan sosial dan kultural. Pria yang menundukkan dan mengatur wanita, dan wanita yang menghina atau mencemburui pria, mereka melakukan hal itu karena kompetisi yang neurotik yang merajalela di berbagai masyarakat. menurut Horney, kecemasan dasarlah yang menjadi akar keinginan laki-laki menaklukkan wanita dan keinginan wanita menghina laki-laki.
Odipus Komplek
            Horney mengakui adanya odipus komplek, hanya saja hal itu berhubungan dengan kondisi lingkungan tertentu, bukan berhubungan dengan perkembangan biologis. Kalau odipus komplek itu hasil dari anatomi, maka peristiwa itu bersifat universal sebagaimana yang dikemukakan Freud. Namun menurut Horney, tidak ada bukti keuniversalannya. Menurutnya, odipus hanya ditemukan pada beberapa orang dan itu merupakan ekspresi neurotik kebutuhan cinta, yang bersama-sama dengan 9 kebutuhan lainnya muncul pada usia dini. Anak-anak mungkin memeluk ibunya dan mengekspresikan kecemburuan pada ayahnya, tetapi tingkah laku ini adalah usaha untuk menghilangkan kecemasan dasar, bukan manisfestasi anatomik odipus komplek. Bahkan kalau ada aspek seksual dalam tingkah laku odipus, tujuan utamanya adalah rasa aman, bukan hubungan seks.
Cemburu Penis
            Horney menolak konsep penis envy dari Freud, dan cenderung mengikuti fikiran Adler. Banyak perempuan yang memiliki masculine protest, kayakinan patologik bahwa laki-laki lebih superior dari perempuan, yang kemudian menjadi keinginan neurotik untuk menjadi laki-laki. Keinginan itu bukan karena cemburu penis, tetapi lebih sebagai kecemburuan terhadap penilaian dan hak berlebih yang diberikan budaya pada laki-laki.
PSIKOTERAPI
            Menurut Horney, neurosis berkembang dari konflik dasar yang mulai muncul pada masa kanak-kanak. Ketika orang berusaha mengatasi konflik dasar itu, mereka umumnya memakai salah satu (atas semua) dari tiga kecenderungan neurotik, yakni bergerak mendekat, melawan, atau menjauh. Taktik itu dapat mengatasi konflik, tetapi juga dapat membuat orang terdorong semakin jauh dari aktualisasi diri-nyata, dan terperangkap semakin dalam di spiral neurotik. Tujuan terapi Horney adalah membantu klien secara bertahap berkembang ke arah realisasi-diri, berhenti dari berfantasi diri-ideal, melepaskan pendarian kemasyhuran neurotik, dan mengubah benci – diri menjadi menerima diri-nyata. Celakanya, banyak klien yang meyakini kebenaran dari pemecahan neurotik mereka, sehingga mereka enggan berhenti dari kecenderungan neurotiknya. Tugas terapis meyakini bahwa pemecahan yang mereka pakai justru mengekalkan dan bukan menghilangkan sumber neurosis, tugas yang memakan waktu dan kerja keras.
            Horney juga memakai mimpi dan asosiasi bebas untuk memahami kliennya. Baginya, mimpi adalah usaha untuk mengatasi konflik, kalau terapis dapat menginterpretasikan dengan tepat, dapat membantu klien memahami diri nyata-nya secara lebih baik. Asosiasi bebas oleh Horney dihubungkan dengan ungkapan gambaran diri ideal klien, dan kegagalan usaha-usaha untuk mengatasi kecemasan dasar.[13]


DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang .
Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/03/karen-horney-tokoh-psikologi-humanistik.html
Hall, Calvin S., Lindzey, Gardner., Loehlin, John C., Manosevitz, Martin. (1985). Introduction to Theories of Personality. New York: John Wiley & Sons.
Hogan, Robert. (1997). Handbook of Personality Psychology. New York: Academic Press.
Schultz, Duane and Ellen, Sydney. ( 1994). Thoeries of Personality. California:   Brooks/Cole Publishing Company.
Suryabrata, Sumadi.  (2003). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.





[1] [1] Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 190-193
[2] http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/03/karen-horney-tokoh-psikologi-humanistik.html
[3] Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
[4] Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang .
[5] Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 195-200


[6] Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang . hlm 162-164
[7] Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang . hlm 169
[8]  Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 203
[9] Feist, Jess dan Gregory Feist. 2010. Theoriest Of Personality. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 204
[10] Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang . hlm 170-171

[13] Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Umm Press: Malang . hlm.173